Info Sekolah
Minggu, 08 Des 2024
  • Selamat datang di website resmi smp negeri 2 mranggen      

Diseminasi Budaya Positif di Sekolah

Diterbitkan : - Kategori : Uncategorized

Budaya positif adalah sebuah nilai kebajikan yang menjadi keyakinan dan pada akhirnya menjadi karakter atau ciri khas dari sebuah komunitas atau lembaga. Jadi budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru memegang peranan sentral. Guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk dapat mewujudkan budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah. Selain itu, pemahaman akan disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong, guru diharapkan dapat menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.

Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang tepat oleh guru sebagai bekal dalam mengarahkan dan menciptakan budaya positif di sekolah, dan dengan diseminasi kita bisa berbagi praktik baik, ,berbagi pengalaman dan pemahaman tentang lengkah-langkah yang bisa dilakukan dalam menerapkan budaya positif.

Tujuan dari diseminasi adalah Peserta dapat menerapkan disiplin restitusi di posisi Manajer, minimal pemantau agar dapat menghasilkan murid yang bertanggung jawab, mandiri dan merdeka, Peserta mampu menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah, Peserta dapat menerapkan restitusi dalam membimbing murid berdisiplin positif agar menjadi murid merdeka.

Pada diseminasi ini kita akan fokus pada restitusi baik 5 posisi kontrol maupun segitiga restitusi. Diawali dengan pemahaman terhadap dasar yang digunakan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah terkhusus budaya positif yaitu filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara dilanjutkan dengan penguatan nilai dan peran guru, visi guru, serta strategi penerapannya di sekolah.

Pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun, yaitu Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam, guru hanya bisa menyediakan lahan dan merawat (memupuk, menyiram, dsb), padi tidak akan tumbuh jadi jagung, demikian juga sebaliknya.

Anak bukan kertas kosong, tapi sudah ada garis-garis samar di dalamnya. Kekuatan sosio-kultural menjadi proses ‘menebalkan’ kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar. Pendidikan bertujuan untuk menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki laku-nya untuk menjadi manusia seutuhnya. Jadi anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa.

Pendidikan yang berhamba pada anak artinya seorang guru harus mengutamakan kebutuhan siswa. Pendidikan yang berpihak pada anak dapat dilakukan dengan memberikan ruang seperti mengembangkan bakat dan minatnya. Hal ini dikarenakan sejatinya setiap anak memiliki kodratnya masing-masing. Setiap anak lahir dengan kodrat yang ada pada dirinya yang telah memiliki potensi. Anak bukanlah tabularasa atau individu yang dilahirkan tanpa isi mental apa pun yang tertanam. Oleh karena itu, pendidik harus memposisikan murid seperti sebuah kertas yang sudah memiliki sketsa yang harus ditebalkan sketsanya agar menjadi kuat dan membentuk sebuah gambar yang indah, bagus, bertujuan dan bermakna.

Untuk membimbing dan menuntun murid dalam menerapkan disiplin positif dalam rangka membentuk budaya positif di sekolah perlu dikuatkan nilai dan peran guru, serta guru diharapkan memiliki visi diri yang jelas dan terarah.

Nilai-nilai yang harus dimiliki Guru :

  1. Berpihak pada Murid : harus didasari oleh semangat untuk memberdayakan dirinya serta memanfaatkan aset/kekuatan yang ada untuk menyediakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang positif serta berkualitas bagi murid.
  2. Mandiri : menggambarkan semangat untuk terus belajar sepanjang hayat. Guru harus senantiasa memampukan dirinya sendiri dalam melakukan aksi serta berkenan mengambil tanggung jawab dan turun tangan untuk memulai perubahan.
  3. Reflektif : senantiasa memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri maupun pihak lain secara positif-apresiatif-produktif.
  4. Kolaboratif : Membangun kerja sama dengan seluruh pihak pemangku kepentingan yang berada di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
  5. Inovatif : mampu senantiasa memunculkan gagasan segar dan tepat guna.

Sementara Peran Guru adalah :

  1. Menjadi Pemimpin Pembelajaran : tindakan yang dilakukan dengan maksud mengembangkan lingkungan kerja yang produktif dan memuaskan bagi guru, serta mengembangkan kondisi dan hasil belajar yang diinginkan siswa.
  2. Menjadi Coach bagi Guru Lain : Guru dituntut untuk berdaya dalam menemani dan menuntun rekan sejawat untuk menelaah & meningkatkan proses belajar di sekolah.
  3. Mendorong Kolaborasi : Guru bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan atau menghasilkan sesuatu.
  4. Mewujudkan Kepemimpinan Siswa : mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri, murid memiliki suara terhadap apa yang akan mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, dan mengorganisir pembelajaran, dan akhirnya murid dapat menentukan arah cara pencapaian kompetensi pembelajaran sendiri.
  5. Menggerakkan Komunitas Praktisi : guru mengambil peran untuk menggerakkan komunitas praktisi di sekolah dan di wilayahnya. Agar komunitas praktisi dapat berjalan secara berkesinambungan.

Guru juga harus memiliki visi dimana Visi adalah kemampuan untuk melihat inti persoalan, pandangan atau wawasan kedepan dan kemampuan untuk merasakan sesuatu yang tidak tampak melalui kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan. Ringkasnya Visi adalah sebuah gagasan yang berorientasi pada masa depan.

Dengan penguatan nilai dan peran guru akan membantu memperlancar penerapan dan pembentukan budaya positif di sekolah. Guru telah memiliki modal dalam diri yang berupa internalisasi nilai dan perannya sehingga akan mampu memperlancar pelaksanaan tugasnya sebagai ujung tombak dalam penerapan budaya positif.

Guru perlu memahami dan menguasai konsep tentang restitusi dalam penyelesaian masalah yang terjadi dan dialami murid. Dengan prinsip restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai.

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004)

Untuk membangun budaya positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman, agar murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri dan bertanggung jawab.  Dalam mendisiplinkan anak maka erat kaitannya dengan melakukan kontrol. Maka untuk itu perlu dilakukan perubahan paradigma stimulus-Respon kepada pendekatan teori kontrol. Menurut pendekatan teori kontrol antara lain mengatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, hanya anda yang bisa mengontrol diri anda, anda tidak bisa mengontrol orang lain .

Pada restitusi ada 5 posisi kontrol yaitu :

  1. Posisi Penghukum.
  2. Posisi Pembuat Merasa Bersalah.
  3. Posisi Teman.
  4. Posisi Pemantau
  5. Posisi Manajer

Posisi Manager adalah posisi kontrol yang disarankan untuk membimbing. Murid memiliki sikap disiplin yang positif yaitu murid yang mandiri bertanggung jawab dan dapat memecahkan masalah. Tujuan dari posisi ini adalah agar murid dapat berefleksi atas tindakannya. Guru akan dengan tulus memberikan pertanyaan-pertanyaan bermakna sehingga membuat murid dapat belajar dari kesalahannya dan mencari sebuah solusi untuk menyelesaikannya.

Restitusi dikembangkan oleh pakar Pendidikan Diane Gossen, berlandaskan pada teori control Dr. William Glasser. Segitiga restitusi adalah suatu proses dialog yang dijalankan oleh guru atau orang tua, agar dapat menghasilkan murid yang mandiri dan bertanggung jawab. Saat guru di posisi manajer, aspek yang dikembangkan pada murid adalah motivasi instrinsik.

Ada 3 tahapan pada segitiga restitusi yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan.

  • Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam segitiga restitusi :
  • Perilaku yang salah perlu dikaitkan dengan nilai-nilai atau keyakinan-keyakinan yang telah disepakati atau dituju.
  • Kesediaan orang yang melakukan kesalahan untuk memperbaiki masalah.
  • Pemecahan masalah sebisa mungkin relevan atau memiliki hubungan dengan masalah yang ada.
  • Perlu adanya usaha perbaikan dari pihak yang berbuat kesalahan.
  • Perlu didedikasikan waktu dari pihak yang berbuat kesalahan. Tanyakan kapan akan mulai diberlakukan usaha untuk memperbaiki masalah.
  • Perlu tidaknya mengikuti ketiga tahapan dalam segitiga restitusi, bergantung pada ringan beratnya suatu permasalahan.
  • Jika permasalahan ringan tidak perlu menjalankan tahapan segitiga restitusi secara berurutan. Bisa menanyakan “apa keyakinan yang kita sepakati Bersama?”.

Dengan menjalankan segitiga restitusi, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan bermakna, diharapkan :

  1. Murid menjadi lebih kuat secara pribadi.
  2. Membuka wawasan murid agar dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri.
  3. Murid semakin percaya diri, mandiri, dan Merdeka.

 

Referensi :

Gossen, D.C. (1988). Restitution-Restructuring School Discipline, Revised Edition. Chapel Hill, Nort Carolina:New View Publications.

Gossen, D. (2004). It’s All About We: Rethinking Discipline Using Restitution.

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Beri Komentar

Post Terkait

PPDB 2024-2025

Senin, 12 Agu 2024

DAFTAR ULANG

Jumat, 26 Mei 2023

PPDB DARING SMPN 2 MRANGGEN

Selasa, 23 Mei 2023

Kampanye Anti Sampah Plastik

Selasa, 14 Mar 2023

ISTIGHOTSAH

Jumat, 13 Jan 2023

Pembangunan Ruang Kelas

Selasa, 10 Jan 2023

Sosialisasi Sekolah Adiwiyata

Selasa, 10 Jan 2023

GOR “Asa Jaya”

Selasa, 10 Jan 2023

HUT PGRI KE 77

Selasa, 10 Jan 2023

Sekolah Penggerak

Senin, 9 Jan 2023